Menganalisa tentang Perilaku Politikus menjelang
Pemilu/Pilkada
Menurut
pengamatan saya, menjelang pemilu/pilkada para politikus melakukan sosialisasi
kepada masyarakat, memberikan pengarahan tentang tatacara pencoblosan yang baik
dan benar, agar mereka para masyarakat dapat memilih pemimpin yang sesuai
dengan kriteria yang mereka inginkan.
Tetapi
ada beberapa politikus atau caleg yang menggunakan sistem money politik. Mereka
memang sangat mengetahui dengan benar bahwa sistem tersebut salah, tetapi
karena tuntutan yang mengharuskan mereka untuk berbuat seperti itu.
Karena
mereka beranggapan bahwa money politik telah menjadi cara praktis untuk
memenangkan Pemilu dengan mengabaikan akal sehat dalam berdemokrasi. Celakanya,
mereka yang menggunakan politik uang inilah yang banyak terpilih karena menjadi
pilihan masyarakat.
Bahkan
masyarakatpun yang ingin diberi uang ketika caleg tersebut ingin dipilih oleh
masyarakat, sehingga untuk tahun sekarang ini dalam hal politik uang bukanlah
hal yang asing atau tabu lagi karena semua kalangan masyarakat maupun politikus
lainnya sudah mengetahui benar tentang hal ini.
Dan
menurut saya, rekrutmen politik di daerah justru terkesan asal-asalan.
Partai politik terlihat kesulitan melakukan rekrutmen politik untuk Caleg
karena terbatasnya kader yang dimilikinya. Padahal jika fungsi rekrutmen ini
dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu dan diiringi dengan proses
sosialisasi kepada masyarakat dengan benar, barangkali partai tidak akan
kesulitan mendapatkan kader yang berkualitas.
Namun
agaknya cara ini belum pernah diupayakan dengan maksimal oleh partai politik.
Sehingga yang dapat kita liat bahwa pada akhirnya politikus hanya aktif
menjelang Pemilu tapi pasif setelah Pemilu dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar